Nikmatnya digilir

Agen Bola Ibcbet - Satu waktu ada om yang ngajak ku kencan. Aku si iya aja, soalnya omnya asik si, mana keren lagi orangnya. Aku diajaknya ke apartmentnya. Aku hanya mengenakan rok mini terusan yang tipis. “Masuk yuk”, katanya sambil mengunci pintu apartmentnya. Dia lalu masuk ke kamar dan menukar pakeannya dengan baju mandi, "biar santai", katanya. Dia menyiapkan makanan yang dibelinya ketika menjemputku. Aku diajak makan, "Blon makan kan Nez". Kita makan sambil ngobrol. Selesai makan aku membantunya mencuci peralatan makan, Karena dia tinggal sendiri dia aprtmentnya. Aku gak nanya2 kenapa sendiri, bukan urusanku kan.

Dia duduk disofa di depan TV. Aku duduk disebelahnya, langsung tangannya memeluk pundakku. Karena pakeanku tipis, maka bra dan CDku berbayang. Dia mulai merayuku “Kamu seksi sekali Nez". "Masak si om, Inez kurus gini". "Itu bukan kurus Nez, tapi langsing, proporsional lah badan kamu, makanya aku bilang kamu sexy", katanya sambil mengelus tanganku. Tangan lainnya mulai mengelus2 pundakku. Aku tidak menjawab, kepalaku kusenderkan dipundaknya. rokku yang tipis tersingkap sehingga betis dan pahaku terbuka, aku tidak mencoba membetulkannya, aku pura-pura tidak tau. “Nez kakimu mulus sekali ya”. “Ah.. om bisa aja.” Kurasakan tangannya mengelus dan mengusap pahaku, aku diam saja, aku menikmatinya, napsuku makin lama makin berkobar. “Nez, aku jadi terangsang, gimana nih?” Aku menggelinjang ketika jari tangannya mulai menggosok pangkal paha dekat memekku yang terbungkus CD. astaga! ternyata dibalik baju mandinya dia tidak mengenakan CD sehingga kontolnya yang membesar dan tegak, keluar belahan baju mandinya tanpa disadarinya. Nafasku sesak melihat kontol besar dan panjang yang berdiri keras penuh dengan tonjolan otot di sekelilingnya dan kepala yang licin mengkilat. Ingin rasanya aku memegang dan mengelusnya. Tetapi kutahan napsuku. Dia membungkuk menciumku, kurasakan bibirnya yang hangat menyentuh bibirku dengan lembut. Kurasakan lidahnya mencari-cari lidahku dan maka kusambut dengan lidahku pula, aku melayani hisapan-hisapannya dengan penuh napsu. Separuh tubuhnya sudah menindih tubuhku, kontolnya menempel di pahaku sedangkan tangan kirinya telah berpindah ke toketku. Dia meremas toketku dengan lembut sambil menghisap bibirku. Tanpa canggung lagi kurengkuh tubuhnya, kuusap Bandar Bola
punggungnya dan terus ke bawah ke arah pahanya yang penuh ditumbuhi rambut. Dadaku berdesir enak sekali, tangannya sudah menyelusup ke balik pakean dan braku, remasan jarinya sangat ahli, kadang pentilku dipelintir sehingga menimbulkan sensasi yang luar biasa.Nafasku makin memburu ketaku dia melepas ciumannya. Kutatap wajahnya, dia tersenyum dibelainya wajahku.

“Nez kamu cantik. Bagaimana Nes? kita teruskan?” tangannya masih mengusap rambutku, aku tak menjawab.Tanpa menunggu lagi tangannya sudah melucuti pakean dan bra ku, aku inggal mengenakan CD, dia juga telah telanjang utuh. Seluruh tubuhnya mengkilat karena keringat, kontolnya panjang dan besar berdiri tegak. Diangkatnya pantatku dilepaskannya CDku yang telah basah sejak tadi. “Wow, jembutmu udah basah gitu, kamu pasti sudah napsu banget ya Nez”. Kubiarkan tangannya membuka selangkanganku lebar-lebar. Kulihat memekku telah merekah kemerahan bibirnya mengkilat lembab, itilku terasa sudah membesar dan memerah, memekku telah terbanjiri oleh lendir yang siap melumasi setiap barang yang akan masuk. Dia membungkuk, menciumi jembutku dan mulai menjilat bagian kiri dan kanan memekku, terasa nikmat sekali aku menggeliat, lidahnya menggeser makin ke atas ke arah itilku, kupegang kepalanya dan aku mulai merintih kenikmatan. Beberapa lama dia menggeserkan
lidahnya di atas itilku yang makin membengkak. Karena kenikmatan tanpa terasa aku telah menggoyang pantatku, kadang kuangkat kadang ke kiri dan ke kanan. Tiba-tiba dia melakukan sedotan kecil di itilku, kadang disedot kadang dipermainkan dengan ujung lidah. Kenikmatan yang kudapat luar biasa, gerakanku makin tak terkendali, “Oom… aduh.. Oom… Inez mau keluar….” Kuangkat tinggi tinggi pantatku, aku sudah siap untuk nyampe, tapi pada saat yang tepat dia melepaskan ciumannya dari memekku.

Dia menarikku bangun dan menyorongkan kontolnya kemulutku. ”Gantian ya Nez.. aku ingin kamu ngisep kontolku.” Ku genggam kontolnya, terasa penuh dan keras dalam genggamanku. Dia sudah terlentang disofa dan posisiku membungkuk siap untuk mengulum kontolnya. Napsuku sudah sampai puncak. Kutelusuri kontolnya dengan lidahku dari pangkal sampai ke kepalanya yang mengkilat berkali-kali. “Ahhh… Enak sekali Nez…” Kemudian kukulum dan kusedot-sedot dan kujilat dengan lidah sedangkan pangkal kontolnya kuelus dengan jariku. Suara desahannya membuatku tidak tahan menahan napsuku Bandar Bola Sbobet.

Kusudahi permainan di kontolnya, aku sudah setengah jongkok di atas tubuhnya, kontolnya persis di depan memekku. “Om, Inez masukin ya, Inez pengen sekali.” Dia hanya tersenyum. Kupegang kontolnya, kutempelkan pada bibir memekku, kusapu-sapukan sebentar di itilku dan kepala kontolnya kumasukan ke memekku, aku hampir terbang. Beberapa detik aku tidak bergerak, tanganku masih memegangi kontolnya, ujung kontolnya masih menancap dalam memekku. Kurasakan kedutan-kedutan kecil dalam memekku. Kuangkat sedikit pantatku, dan gesekan itu ujung kontolnya yang sangat besar terasa menggeser bibir dalam dan itilku. Kudorong pinggulku ke bawah makin dalam kenikmatan makin dalam, separuh kontolnya sudah melesak dalam memekku. Kukocokkan kontolnya naik-turun, kujepit kontolnya dengan otot dalam, kusedot ke dalam, kulepas kembali berulang-ulang. “Oh.. Nez kamu hebat, jepitan memekmu nikmat sekali”. toketku diremas-remas dan membuat aku merintih-rintih.

Dia mengocokkan kontolnya dari bawah. Aku merintih, mendesis, mendengus, dan akhirnya kehilangan kontrolku. Kudorong pinggulku ke bawah, terus ke bawah sehingga kontolnya masuk semua ke memekku. Luar biasa nikmatnya. Dari posisi duduk, kurubuhkan badanku di atas badannya, toketku menempel didadanya, perutku merekat pada perutnya. Kudekap dia erat-erat. Tangan kirinya mendekap punggungku, sedang tangan kanannya mengusap-usap pantatku. Aku makin kenikmatan. Sambil merintih-rintih kukocok dan kugoyang pinggulku, sedang kurasakan kontol besarnya meyodok-nyodok dari bawah.

Tiba-tiba aku tidak tahan lagi, kedutan tadinya kecil makin keras dan akhirnya meledak. Kutekan memekku ke kontolnya, kedutannya keras sekali, nikmat sekali. Dan hampir bersamaan dari dalam memek terasa cairan hangat, menyemprot dinding rahimku. Beberapa menit aku terdiam di atasnya, dan kontolnya masih menyesaki memekku. Kurasai memekku masih berkedut dan makin lemah. Dia menyentuh bibirku dengan bibirnya. Aku tidak menyia-nyiakannya. Dengan cekatan pula kujulurkan lidah kecilku untuk dinikmati dan kami saling berpagutan ketat. Kuhisap mulutnya dia juga membalas tangkas sampai aku hampir kehabisan nafas. “Om, nikmat banget deh kont0l om, besar, panjang, keras lagi, memek Inez sampe sesek rasanya”. “Aku belum ngecret Nez”.

Kemudian dia meremas2 toketku. Pentilku tak luput dari jarinya dan kurasakan pentilku mulai mengeras lagi. “Om, enjot lagi dong”. Dia membalikkan posisi sehingga dia sekarang diatas. Perlahan dia menggerakkan pantatnya kebelakang dan kedepan, aku mulai kegelian dan nikmat. Kubantu dengan ikut menggerakkan pantatku berputar, Dia mengerang menahan laju perputaran pantatku, rupanya dia juga kegelian kalau aku menggerakkan pantatku. Ditahannya pantatku kuat-kuat agar tidak berputar lagi, justru dengan menahan pantatku kuat-kuat itulah aku menjadi geli dan berusaha untuk melepaskannya dengan cara bergerak berputar lagi tapi dia semakin kuat memegangnya. Kulakukan lagi gerakanku berulang dan kurasakan bijinya menyentuh pantatku, licin dan geli. Rupanya dia termasuk kuat juga berkali-kali kontolnya menggocek memekku masih tetap saja tidak menunjukkan adanya kelelahan bahkan semakin meradang. Kucoba mempercepat gerakan pantatku berputar semakin tinggi, kakiku mengamit pinggangnya dia semakin tidak leluasa untuk bergerak sehingga aku bisa mengaturnya, tetapi dia belum ngecret juga. Memekku berbunyi kecepek2 saat kontolnya mengucek habis didalamnya aku kegelian hebat, tiba-tiba aku merasakan getaran hebat dalam tubuhku, Aku mengerang, aku menyerah aku tidak dapat menahan segala kenikmatan ini, “Terus om…Inez mau nyampe lagi”, gerakanku semakin kencang dan toketku bergoncang membuat dia tambah bernafsu mengentotiku. Pinggulku terangkat saat merasakan puncaknya, memekku terasa becek sekali,nafasku tersengal-sengal, badanku terasa lemas.

Belum lagi reda rasa nikmatku dia menarik kontolnya keluar dari memekku. Melihat kontolnya yang besar itu membuat napsuku bangkit kembali lalu dengan reflek kugenggam dan dengan lincah kumasukkan kepalanya kedalam mulutku, kukocok lagi, sambil kuhisap kuat-kuat dan dengan cepat mulutku maju mundur untuk mencoba merangsang agar pejunya cepat ngecret. Mulutku mulai payah
tapi peju yang kuharapkan tak juga keluar.

Aku tersentak merasakan dia menarik kontolnya agak keras menjauh dari mulutku dan dengan sigap dibukanya memekku dengan tangan kiri dan tangan kanan menuntun kontolnya yang gede menuju memekku. Didorongnya perlahan, dia melihatku sambil tersenyum dan bleeesssss, digenjotnya kuat pantatnya kedepan hingga kontolnya kembali menghunjam semuanya kedalam memekku. Aku menjerit. Aku berusaha mengejan sehingga kontolnya merasa kupijit pijit. Dia mengenjotkan kontolnya keluar masuk dengan keras dan cepat. Tidak lama kemudian dipeluknya tubuhku sambil mengerang. “Nez, .. aku mau ngecret”. “Keluarin aja om didalem biar makin nikmat”, dan akhirnya pejunya menyemprot didalem memekku, kurasakan ada semburan hangat dimemekku. Dia memelukku erat demikian pula aku. Dia tersenyum puas. “Nez, gak pernah aku merasakan memek kecil seperti punyamu ini, enak banget memijit kontolku sampai nggak karuan rasanya, aku puas Nez”.

Dia memelukku lama sekali sambil beristirahat, terus dia mengajakku ke kamarnya. “Terusin diranjang ya Nes”, katanya sambil mencabut kontolnya dari memekku. Lemes saja kontolnya sudah besar, gak heran kalo ngaceng menjadi besar banget dan panjang lagi. Dia masuk ke kamar mandi, sedang aku tergolek diranjangnya.Keluar dari kamar mandi, dia berbaring disebelahku. Kembali dia mengulum bibirku kuat- kuat. Kupegang kontolnya sambil kukocok pelan2. Gak lama kemudian, kontolnya mulai mengeras lagi. Luar biasa orang ini, baru ngecret sudah bisa ngaceng lagi. Aku jilati kontolnya lagi, dia mulai menggelinjang dan melenguh. Mulai dari ujung kugerakkan masuk dan keluar dengan mulutku dia semakin tidak karuan juga geraknya. Semakin cepat dan semakin cepat. Kuhisap semakin kuat dan kuat, dia pun semakin keras erangannya. Dia mulai mengelus memekku sehingga mulai basah kembali.
Mulutku masih penuh kontolnya dengan gerakan keluar masuk. Sesekali diremasnya toketku saat dia merasa geli yang hebat. Kulepas mulutku dan kukocok kontolnya naik turun. Kuhisap lagi berulang-ulang. Aku terus berusaha, mulutku mulai payah, kugoyang-goyang bijinya, dia kegelian dan mengucek
memekku dalam dalam. “ahh…om, geli”, kataku sambil melepaskan kontolnya dari mulutku.

Kelihatannya dia sudah pengen mengentoti aku lagi. Dimainkan pentilku, aku mendesah keenakan, setiap ciuman ditubuhku membuatku geli dan membuat napsuku kembali meningkat. Kurasakan jarinya bergerak makin liar di dalam memekku, membuatku juga semakin liar, desahan dan eranganku makin keras. Pantatku sedikit-sedikit terangkat karena jarinya, sedangkan toketku sedang di lahapnya, dicium, di jilat, dan dikulum pentilnya, ah nikmat sekali rasanya, beberapa kali dia mengecup daerah sekitar dada dan leherku, “Om, Inez udah nggak tahan nih”. “Nez, sekal sekali pantatmu.” katanya sambil meremas pantatku. Aku tersenyum “suka kan,…?” aku menggerakkan pantatku seperti meledeknya agar dia lebih bernafsu, lalu dia menindihku, kurasakan sedikit demi sedikit kontolnya masuk kememekku. “Om, besar sekali”, aku menyukainya, kontolnya yang besar dapat membuatku terlena, “ah enak banget om”. Dia terus menggoyangkan pantatnya dan aku berusaha menandingi gerakannya, tetapi aku merasa kewalahan. Satu tangannya meremas toketku, membuat nafsuku terus memuncak hingga ke ubun-ubun. “Enak om terus om” kurasakan aku hampir nyampe, aku tidak bisa menahan lagi, pantatku makin naik, “om…Inez nggak tahan ahhhh” aku mendesis seiring dengan gerakanku yang melemah, aku lemas sekali rasanya tulangku hampir lepas, akan tetapi segalanya bercampur rasa nikmat.

“Kenapa capek yah?” aku mengangguk, nafasku terengah-engah dadaku turun naik. “tapi aku belum ngecret, sebentar lagi yah”, perlahan tapi pasti kontolnya kembali disodok2an kedalam memekku. Goyanganku makin liar membuat dia juga mendesah-desah keenakan. Kedua tangannya meremas-remas kedua toketku, napsuku sudah benar-benar tinggi, nafasku juga sudah makin tak teratur, dia begitu lihai dalam bercinta. Aku merasa tidak dapat bertahan lebih lama lagi, frekuensi goyanganku kutambah, lalu aku mencium bibirnya. Tubuh kami terus berpacu sambil bermain lidah dengan liarnya sampai ludah kami menetes-netes di sekitar mulut, eranganku teredam oleh ciumannya. Mengetahui
aku sudah mau nyampe lagi, dia menekan-nekan bahuku ke bawah sehingga kontolnya menghujam makin dalam dan memekku makin terasa sesak. Tubuhku bergetar hebat dan jeritanku terdengar, perasaan itu berlangsung selama beberapa saat sampai akhirnya aku terkulai lemas dalam pelukannya.

Aku hanya bisa pasrah saja ditindihnya. Dengan lembut dia mengecup keningku, dari sana kecupannya turun ke pipi, hingga berhenti di bibir, mulut kami kembali saling berpagutan. Saat berciuman itulah, kenikmatan ini pun berlanjut, aku sangat menikmati gesekan-gesekan pada dinding memekku. Toketku saling bergesekan dengan dadanya yang sedikit berbulu, kedua pahaku kulingkarkan pada pinggangnya. Aku mendesah tak karuan sambil mengigiti jariku sendiri. Sementara pinggulnya dihentak-hentakkan diatasku, mulutnya tak henti-hentinya melumat atau menjilati bibirku, wajahku jadi basah bukan saja oleh keringat, tapi juga oleh liurnya. Telinga dan leherku pun tak luput dari jilatannya, lalu dia angkat lengan kananku ke atas dan dia selipkan kepalanya di situ. Aahh.. ternyata dia sapukan bibir dan lidahnya di ketiakku yang halus tak berbulu itu sehingga desahanku bercampur dengan ketawa geli. Aku kembali nyampe.

Memekku terasa semakin banjir, namun tak ada tanda-tanda dia akan segera ngecret, dia terlihat sangat menikmati mimik wajahku yang sedang nyampe. Suara kecipak cairan terdengar jelas setiap kali dia menghujamkan kontolnya. Tanpa melepas kontolnya, dia bangkit berlutut di antara kedua pahaku dan
menaikkan kedua betisku ke pundaknya. Tanpa memberiku istirahat dia meneruskan mengocok memekku, aku sudah tidak kuat lagi mengerang karena leherku terasa pegal, aku cuma bisa mengap-mengap.”Aku udah mau ngecret Nez” desahnya dengan mempercepat enjotannya. Enjotannya makin cepat sampai akhirnya dia mengerang keras dan pejunya menyemprot deras didalam memekku. “Om enak benget deh”, aku lemes. “Iya Nez, aku juga nikmat banget ngecret dimemek kamu. Kamu abg ternikmat yang pernah kuentotin Nez". Dia mencabut kontolnya dan terkapar disebelahku. Tak lama kemudian aku tertidur kecapaian.

Ketika aku terbangun hari sudah terang, dia sudah tidak ada di ranjang. Aku bangun dan ke kamar mandi untuk membersihkan diri dan sikat gigi. Keluar dari kamar mandi, dengan bertelanjang bulat, aku keluar kamar. Kuliat di meja makan sudah tersedia sarapan, rupanya si om menyiapkan semua itu buatku. Ada bubur ayam dan beberapa potong sandwich. Tersedia juga susu dan orange juice digelas. Juga ada note disamping makanan. "Inez sayang, makasi banyak buat malem yang sangat nikmat, kapan2 aku kontak kamu lagi ya buat mengulangi malam nikmat lagi. Temenku minta ngentotin kamu juga. Kamu ladenin dia ya". Wah aku dioperin ke temennya rupanya, dah janjian kayanya, cuma dia gak bilang ke aku aja. Ya udah, karena laper aku lahap aja semua yang dia sediakan. Sehabis makan, ku liat2 isi apartmennya. Gak besar si cuma di balkonnya ada pool kecil. Aku ke pool, ku baring2 aja di dipan lebar bermatras, masi telbul. Karena masi pagi, matahari belum tinggi, kerasa masi sejuk hawanya sehingga aku jadi ngantuk dan tertidur lagi.

Gak tau aku tertidur beberapa lama, aku terbangun karena ngerasa dipannya bergerak. Mataku silau kerna matahari dah tinggi. Aku liat ada om2 lagi, ini toh temen si om yang semalem. Aku segera duduk. Keren si, dia napsu banget ngeliat aku telanjang gitu. “Nez, temenku bilang dia nikmat banget ngentot sama kamu, memek kamu bisa ngempot ya, aku jadi kepingin ngerasain diempot juga”, katanya sambil mencium pipiku. Matanya membelalak menatap bodiku. “Wah Nez, kamu napsuin banget". "Masak si om", aku basa basi aja jawabnya. "Iya kamu imut, semua serba imut, tapi napsuin banget".

Dia langsung merengkuh dan merebahkan tubuhku didipan. Bibirku dilumatnya, aku mengimbangi kuluman dibibirku dengan permainan lidah. Beberapa saat kemudian ciumannya berpindah ke leherku. Sambil menciumi leherku, toketku diremasnya, pentilku ditekan-tekan dan dipelintir-pelintir sehingga mengeras. ”Om buka pakeannyanya ya”. Tanpa menunggu persetujuannya, aku membuka kancing bajunya satu2 kemudian melepas bajunya. iket pinggangnya giliran berikutnya, ritsluitingnya kuturunin dan kuplorotin celananya. kontolnya yang besar dan panjang juga berdiri tegak dengan keras. Kayanya gedenya sama deh ma kontol yang semalem ngobrak ngabrik memekku.

Dia memeluk tubuhku sambil kembali mengulum bibirku, aku mengimbangi kulumannya sambil memeluknya. Toketku menekan kedadanya, pentilku terasa keras sekali. Ciumannya turun keleherku, aku mendongakkan daguku agar dia dapat mencium leherku dengan bebas. “Om, Inez sudah kepingin dientot, om”. Dia tidak menjawab tapi langsung menciumi lembah diantara kedua toketku. Kemudian pentil kanan diemutnya dengan penuh napsu. Aku menggelinjang, “Om ngilu”. Rintihanku itu semakin membangkitkan napsunya. Diremas nya toket kiriku dengan gemas, sementara pentil kananku dimainkan dengan ujung lidahnya. Pentilku kadang digencet dengan tekanan ujung lidah dengan gigi.
Kemudian secara mendadak disedot kembali pentil kananku kuat-kuat sambil menekan dan memelintir pentil kiriku. Aku semakin menggelinjang sambil mendesah-desah. Dia tidak puas dengan hanya menggeluti toket kananku. Kini mulutnya berganti menggeluti toket kiriku. Sementara tangannya meremas-remas toket kananku kuat-kuat dia menyedot kuat-kuat pentil kiriku. Dia memijit-mijit dan memelintir-pelintir pentil kananku, gigi dan ujung lidahnya menekan-nekan pentil kiri, tangannya meremas toket kanan dengan sekuat-kuatnya. “Om… nakal deh… ngilu om… geli…”.

Setelah puas dengan toketku, dia meneruskan permainan lidah ke arah perutku. Mulutnya berhenti di daerah pusarku. Dia mengecupi bagian pusarku. Sementara kedua telapak tangannya menyusup ke belakang dan meremas-remas pantatku. Sambil kembali menciumi kulit perutku di sekitar pusar, tangannya mengelus-elus pahaku. Elusannya pun ke arah dalam dan merangkak naik. Sampailah jari-
jarinya di tepi kiri-kanan bibir luar memekku. Tangannya pun mengelus-elus memekku dengan dua jarinya bergerak dan bawah ke atas. Dengan mata terpejam, aku meremas-remas toketku sendiri. Perlahan dia menyibakkan bibir memekku dengan ibu jari dan telunjuknya mengarah ke atas sampai itilku menongol keluar. Wajahnya bergerak ke memekku, sementara tangannya kembali meremas toketnya. Dia menjilati itilku perlahan-lahan dengan jilatan-jilatan pendek dan terputus-putus sambil satu tangannya memlintir pentilku “Om… betul di situ om… di situ… enak om,” aku mendesah-desah sambil merem-melek. Dia meneruskan permainan lidah dengan melakukan jilatan-jilatan panjang dari lubang pantat sampai ke itilku. Itu menyebabkan memekku mulai berlendir, sebagian lendirnya mengalir hingga mencapai lubang pantatku. Sesekali pinggulku bergetar. Di saat bergetar itu pinggulku diremas kuat-kuat sambil ujung hidungnya ditusukkan ke memekku. “Om… enak sekali om…,” aku
mengerang dengan kerasnya.

Dua jari tangannya lalu dimasukkan ke memekku. Setelah masuk hampir semuanya, jarinya dibengkokkan ke arah atas dengan tekanan yang cukup terasa agar kena G-spotku. Aku menjerit sambil menyentakkan pantat ke atas sampai-sampai jari tangannya yang sudah terbenam di dalam memekku terlepas. Dia segera memasukkan kembali dua jarinya ke dalam memekku dan melakukan gerakan yang sama. Kali ini dia mengimbangi gerakan jarinya dengan permainan lidah di itil. Itilku semakin menonjol sehingga gampang baginya untuk menjilat dan mengisapnya. Itilku digelitiki dengan lidah serta diisap-isap perlahan, aku semakin keras merintih-rintih sementara pinggulku menggial ke kiri-kanan. “Om…,” hanya kata-kata itu yang dapat kuucapkan karena menahan kenikmatan yang semakin menjadi-jadi. Permainan jari-jari dan lidahnya di memekku semakin bertambah ganas. Aku sambil mengerangerang dan menggeliat-geliat meremas apa saja yang dapat kuraih. Meremas rambut dan bahunya, dan meremas toketku sendiri. “Om.. Inez sudah tidak tahan lagi… Masukin kontolnya om… sekarang
juga om…!“ Namun dia tidak perduli. Sengaja dia mempermainkan aku terlebih dahulu. Dia mau membuatku nyampe, sementara dia masih segar bugar. Kemudian kocokan dua jari tangannya di dalam memekku semakin dipercepat. Gerakan jari tangannya ke atas-bawah, sementara ibu jarinya mengusap-usap dan menghentak-hentak itilku. Gerakan jari tangannya di memeku yang basah itu sampai menimbulkan suara. Aku merintih terputus-putus. Dia mempertahankan kocokan tersebut. Dua menit sudah aku mampu bertahan sambil menjerit-jerit. Toket semakin kencang dan licin, sedang pentilnya berdiri dengan tegangnya.

Akhirnya aku mengejang hebat. Pantat kuangkat tinggi-tinggi. Mataku membeliak-beliak dan menjerit, “Om …!“ Dua jarinya yang tertanam di dalam memekku terjepit oleh dindingnya dengan kuat. Beberapa detik kemudian aku terbaring lemas. Mataku terpejam, aku baru saja nyampe. Kocokan jari tangannya dimemekku berhenti. Dia membiarkan jarinya tertanam dalam memekku sampai jepitan memekku terasa lemah. Setelah lemah. jari tangannya dicabut dari memekku. Cairan memekku yang terkumpul di telapak tangannya dijilatnya sampe bersih.

Ketegangan kontolnya belum juga mau berkurang. Dia pun mulai menindih tubuhku, sehingga kontolnya tergencet oleh perut bawahku. Sementara bibirnya kembali mengulum-kulum kembali bibirku,tangannya meremas-remas toketku dan mempermainkan pentilnya. Aku kembali membuka mata dan mengimbangi serangan bibirnya. Tubuhku kembali menggelinjang-gelinjang karena menahan rasa geli dan ngilu di toketku. Setelah puas melumat-lumat bibir. dia menyusuri leherku hingga akhirnya mencapai belahan toketku. Wajahku kemudian menggeluti belahan toketku, sementara kedua tangannya meremas-remas kedua toketku. Dia menggesek-gesekkan wajahnya di belahan toketku. Kemudian bibirnya bergerak ke atas toket sebelah kiri. Diciumi dan dimasukkannya pentilku
kedalam mulutnya. Sambil menyedot-sedot pentil kiriku, dimainkan dengan lidahnya. “Om… geli,“ aku mendesis-desis sambil menggeliatkan tubuh ke kiri-kanan. Dia memperkuat sedotannya. Sementara tangannya meremas-remas toket kananku jari telunjuk dan ibu jarinya memlintir pentilku. Dia semakin
gemas. Toketku dimainkan secara bergantian, antara sebelah kiri dan sebelah kanan. Pentilku kadang disedot kuat-kuat, kadang dicepit dengan gigi atas dan lidah.Aku mendesis-desis keenakan. Napsu sudah kembali tinggi. Mataku sampe terbeliak-beliak. Geliatan tubuhku ke kanan-kini semakin sering frekuensinya.

Sampai akhirnya aku tidak kuat melayani serangan keduanya. Kutangkap kontolnya yang sudah ngaceng itu. “Om… Kont0l om besar sekali” ucapku sambil meremasremas perlahan kontolnya. “Om. kita ngentot yuk” ajakku penuh napsu. Kutarik wajahnya mendekat ke wajahku. Kulumat bibirnya dengan ganas. Dia pun tidak mau mengalah. Bibirku dilumatnya dengan penuh nafsu, sementara aku
didekap dengan kuat. Punggungku diremas-remas dengan gemasnya. Kemudian dia menindih tubuhku. Kontolnya terjepit di antara pangkal pahaku dan perut bawahnya. Bibirnya kemudian melepaskan bibirku, dan mengecup daguku dan kemudian leherku. Kontolnya menekan dan menggesek-gesek pahaku. Puas menggeluti leherku, wajahnya turun ke toketku. Dengan gemas dan ganas dia
membenamkan wajahnya ke belahan toketku, sementara kedua tangannya meraup kedua toketku. Daerah toketku beserta pentilnya masuk dalam mulutnya. Dia melahap ujung toketku dan pentilnya dengan bernafsu, pentilku dikulum-kulum dan dimainkan dengan lidahnya. “Om… geli… geli …,“ kataku. Dia tidak perduli. Dia terus mengulum-kulum pentilku sampe menjadi keras, sementara toket sebelah kanannya diremasnya kuat-kuat. Hal tersebut dilakukannya secara bergantian antara toket kiri dan kanan. Sementara kontolnya semakin menekan dan menggesek-gesek di kulit pahaku. Aku semakin menggelinjang-gelinjang. Dia semakin bernafsu dan semakin ganas mengisap-isap dan meremas-remas
toketku. Akhirnya dia melepaskan toketku dari gelutan mulut dan tangannya.

Bibirnya kini berpindah menciumi dagu dan leherku, sementara tangannya membimbing kont0lnya untuk mencari memekku. Dia memutar-mutarkan dahulu kepala kontolnya dijembutku. “Om… masukkan seluruhnya om… masukkan seluruhnya… ” Kuraih kontolnya yang sudah amat tegang. Pahaku kubuka agak lebar. “Kontol om besar dan keras sekali, om…,” kataku sambil mengarahkan
kepala kontolnya ke memekku.

Sesaat kemudian kepala kontolnya menyentuh bibir memekku yang sudah basah. Kemudian dengan perlahan-lahan dan sambil digetarkan, kontolnya ditekan masuk kememekku. Kini seluruh kepala kontolnya pun terbenam di dalam memekku. Dia menghentakkan gerak masuk kontolnya. “Oom… teruskan masuk, om, enak… jangan berhenti sampai situ saja…,” aku protes atas tindakannya. Namun dia tidak perduli. Dibiarkannya kontolnya masuk kememekku hanya sebatas kepalanya saja, namun kontolnya hanya digetarkan saja. Sementara bibir dan hidungnya dengan ganasnya menggeluti leher, lengan tangan dan ketiakku yang bersih dari bulu ketiak. Aku menggelinjang-gelinjang dengan tidak karuan. “Geli… Terus masuk, om…” Bibirnya mengulum kulit lengan tanganku dengan kuat-kuat. Dan… satu… dua… tiga! Kontolnya ditusukkan sedalam-dalamnya ke dalam memekku dengan sangat cepat dan kuatnya. Pangkal pahanya beradu dengan pangkal pahaku sedang dalam posisi agak membuka dengan kerasnya. “Auwww!” pekikku. Dia diam sesaat, membiarkan kontolnya tertanam seluruhnya di dalam memekku tanpa bergerak sedikit pun. “Enak om… ” kataku sambil meremas punggungnya dengan keras.

Dia mulai menggerakkan kontolnya keluar-masuk memekku. “Bagaimana Nez?” tanyanya. “Enak sekali. Kontol om besar dan panjang sekali…sampai-sampai menyumpal penuh seluruh penjuru memek Inez,” jawabku. Dia terus memompa memekku dengan kontolnya perlahan-lahan. Kontolnya kuremas-remas dengan otot-otot memekku sejalan dengan genjotannya. Kemudian dia mengangkat kontolnya. Sambil menjaga agar kontolnya tidak tercabut dari memekku, dia mengambil posisi agak jongkok. dia meletakkan kedua betisku di bahunya, sementara kedua telapak tangannya meraup kedua toketku. Masih dengan kocokan kontol perlahan di memekku, tangannya meremas-remas toketku.

Kadang kedua pentilku digencet dan dipelintir-pelintir secara perlahan. Pentilku semakin mengeras, aku pun merintih-rintih keenakan. Mataku merem-melek, “Om, geli… … terus om, kontol om membuat memek Inez terasa enak sekali… Nantinecret di dalam saja… Inez sedang tidak subur…” Dia mulai mempercepat gerakan masuk-keluar kontolnya di memekku. Dia meningkatkan kecepatan keluar-masuk kontolnya di memekku. “Sssh… . Nez… enak sekalii memekmu” “Ya om, Inez juga merasa enak sekali… terus om, terusss…” Dia makin meningkatkan lagi kecepatan keluar-masuk kontolnya di memekku. “Om… terus…Inez hampir nyampe om…sedikit lagi… kita keluar sama-sama ya om…,” Dia mengayuh terus. “Om..,” rintihku sambil memegang kedua lengan tangannya. “Enak om.. Mau keluar om… mau keluar… ah-ah-ah-ah-ah… sekarang ke-ke-ke…” Memekku dengan sangat kuatnya menjepit kontolnya. Aku meremas lengan tangannya dengan sangat kuatnya dan berteriak tanpa kendali: keluarr…!” Mataku membeliak-beliak dan tubuhku mengejang. Dia pun menghentakan genjotannya. Kontolnya yang tegang luar biasa dibiarkan diam tertanam dalam memekku. Aku memejam mata beberapa saat dalam menikmati puncak orgasme. Kedua kakiku lalu diletakkan kembali di atas dipan dengan posisi agak membuka.

Dia kembali menindih tubuhku dengan mempertahankan agar kontolnya yang tertanam di dalam memekku tidak tercabut. “Om… om luar biasa nikmatnya… ” Dia kembali mendekap tubuhku, kontolnya mulai bergerak keluar-masuk lagi di memekku, namun masih dengan gerakan perlahan. Namun sekarang gerakan kontolnya lebih lancar dibandingkan dengan tadi. “Oom langsung memulainya lagi… Sekarang giliran oom.. ngecretin peju oom didalam memek Ines.” Bibirnya mulai memagut bibirku dan melumat-lumatnya dengan gemasnya. Sementara tangan kirinya ikut menyangga berat badannya, tangan kanannya meremas-remas toketku serta memijit-mijit pentilnya, sesuai dengan gerak maju-mundur kontolnya di memekku. “Enak oom, terus… ” Sambil kembali melumat bibirku dengan kuatnya, dia mempercepat genjotan kontolnya di memekku. Pengaruh adanya cairan di dalam memekku, Aku tidak henti-hentinya menrintih kenikmatan. Kontolnya semakin tegang. Dia melepaskan
tangan kanannya dari toketku. Kedua tangannya kini dari ketiakku menyusup ke bawah dan memeluk punggungku. Tanganku pun memeluk punggungnya dan mengusap-usapnya. Dia pun memulai serangan dahsyatnya. Keluar-masuknya kontolnya ke dalam memekku sekarang berlangsung dengan cepat dan berirama. Setiap kali masuk, kontolnya dihunjamkan keras-keras agar menusuk memekku
sedalam-dalamnya. Di saat bergerak keluar memek, kepala kontolnya dijaganya agar tetap tertanam di memekku. Dia terus menggenjot memekku dengan gerakan cepat dan menghentak-hentak. Tanganku meremas punggungnya kuat-kuat di saat kontolnya dihunjamkan masuk sejauh-jauhnya ke memekku.

Memekku berkedut2, mengempot kontolnya “Nez… Enak sekali … Memekmu enak sekali… Memekmu hangat sekali… jepitan memekmu enak sekali…” “om… terus om”, enak oom..” Tiba-tiba dia pun mengenjotkan kontolnya ke memekku dengan semakin cepat dan keras. Setiap masuk ke dalam, kontolnya berusaha menusuk lebih dalam lagi dan lebih cepat lagi dibandingkan sebelumnya. Karena
menahan rasa nikmat yang luar biasa aku terbata-bata: “om…! Inez mau keluar lagi… Inez ke-ke-ke…” Aku tidak mampu lagi menahan jebolnya pertahananku.“keluarrrr…!” Tubuhku mengejang dengan mata membeliak-beliak. Dia juga melenguh keras-keras sambil merengkuh tubuhku sekuat-kuatnya. Wajahnya dibenamkan kuat-kuat di leherku, dan pejunya muncrat dengan derasnya, menyemprot memekku yang terdalam. Kontolnya yang terbenam semua di dalam memekku terasa berdenyut-denyut. Beberapa saat lamanya dia dan aku terdiam dalam keadaan berpelukan erat sekali. Kontolnya menyemprotkan lagi peju yang masih tersisa kedalam memekku. Kali ini semprotannya lebih lemah. Perlahan-lahan tubuhnya dan tubuhku pun mengendur kembali. Dia kemudian menciumi leherku dengan lembutnya, sementara tanganku mengusap-usap punggung dan rambutnya. “Oom…..enak sekali.” Sebagai jawaban, bibirku dikecupnya. Dalam keadaan tetap telanjang, kami berdekapan erat di atas dipan. Dia kemudian mencabut kontolnya dari memekku dan masuk ke dalam.

Kita masuk kembali ke kamar. Dia masuk ke kamar mandi dan terdengar shower dinyalakan. Aku bisa mendengarnya karena pintu kamar mandi tidak ditutup. Aku berusaha merapikan ranjang yang kusut banget setelah pergumulan semalem. Tak lama kemudian, shower terdengar berhenti dan dia keluar masi ber telbul. Ganti aku yg masuk ke kamar mandi, aku hanya membasahi tubuhku. Keluar dari
kamar mandi, dia berbaring diranjang dan melotot melihat bodiku. Aku duduk disebelahnya diranjang. Langsung saja kugenggam kontolnya. Dia melenguh seraya menyebut namaku. Aku mendongak melirik kepadanya. Nampak wajahnya meringis menahan remasan lembut tangannku pada kontolnya.

Tanganku mulai bergerak turun naik menyusuri kontolnya yang sudah teramat keras. Kuat banget staminanya, padahal belum brapa lama dia baru membanjiri memekku dengan peju angetnya yang banyak banget. Sekali-sekali ujung telunjukku mengusap kepala kontolnya yang sudah licin oleh cairan yang meleleh dari liangnya. Kembali dia melenguh merasakan ngilu akibat usapanku. Kocokanku sudah semakin cepat. Kurasakan tangannya menggerayang ke arah toketku. Dengan lembut dia mulai meremas-remas toketku. Tanganku menggenggam kontolnya dengan erat. “Nez, kamu memang cantik banget”, Pentilku dipilin2nya. Aku masukan kontolnya kedalam mulutku dan mengulumnya. Tangannya dengan leluasa menggerayangi toketku, kurasakan bibirnya mulai menciumi toketku. Napsuku semakin berkobar. Jilatan dan kulumanku pada kontolnya semakin mengganas sampai-sampai dia terengah-engah merasakan kelihaian permainan mulutku.

Dia membalikkan tubuhku hingga berlawanan dengan posisi tubuhnya. Kepalaku berada di bawahnya sementara kepalanya berada di bawahku. Kami sudah berada dalam posisi enam sembilan! Tak lama kemudian kurasakan sentuhan lembut di seputar memekku. Tubuhku langsung bereaksi dan tanpa sadar aku menjerit lirih. Tubuhku meliuk-liuk mengikuti irama permainan lidahnya di memekku. Kedua pahaku mengempit kepalanya seolah ingin membenamkan wajah itu ke dalam memekku. Kuakui ia memang pandai membuat napsuku memuncak. Kontolnya kemudian dikempit dengan toketku dan digerakkan maju mundur, sebentar. “Nez, kamu sungguh cantik. Bodimu yahud”, katanya sambil
menciumi bibirku, mencoba membuka bibirku dengan lidahnya. Kurasakan tangannya mengelus paha bagian dalam. Aku mendesis dan tanpa sadar membuka kedua kakiku yang tadinya merapat.

Dia menempatkan diri di antara kedua kakiku yang terbuka lebar. Kurasakan kontolnya ditempelkan pada bibir memekku. Digesek-gesek, mulai dari atas sampai ke bawah. Naik turun. Aku merasa ngilu bercampur geli dan nikmat. Memekku yang sudah banjir membuat gesekannya semakin lancar karena licin. Aku terengah-engah merasakannya. Kelihatannya ia sengaja melakukan itu. Apalagi saat kepala kontolnya itu menggesek-gesek itilku yang juga sudah menegang. “Om..?” “Napa Nez”, jawabnya seraya tersenyum melihatku tersiksa. “Cepetan..”. Ia sengaja mengulur-ulur dengan hanya menggesek-gesekan
kontolnya. Sementara aku benar-benar sudah tak tahan lagi mengekang birahiku. “Inez sudah pengen dientot om..”.

Aku melenguh merasakan desakan kontolnya yang besar itu. Aku menunggu cukup lama gerakan kontolnya memasuki diriku. Serasa tak sampai-sampai. Maklum aja, selain besar, kontolnya juga panjang. Aku sampai menahan nafas saat kontolnya terasa mentok di dalam, seluruh kontolnya amblas di dalam. Dia mulai menggerakkan pinggulnya pelan2. Satu, dua dan tiga enjotan mulai berjalan lancar. Semakin membanjirnya cairan dalam memekku membuat kontolnya keluar masuk dengan lancarnya. Aku mengimbangi dengan gerakan pinggulku. Meliuk perlahan. Naik turun mengikuti irama enjotannya. Gerakan kami semakin lama semakin meningkat cepat dan bertambah liar. Gerakanku
sudah tidak beraturan karena yang penting bagiku enjotan itu mencapai bagian-bagian peka di memekku. Dia tahu persis apa yang kuinginkan. Dia bisa mengarahkan kontolnya dengan tepat ke sasaran. Aku bagaikan berada di surga merasakan kenikmatan yang luar biasa ini. Kontolnya menjejal penuh seluruh memekku, tak ada sedikitpun ruang yang tersisa hingga gesekan kontol itu sangat terasa di seluruh dinding memekku. Aku merintih, melenguh dan mengerang merasakan semua kenikmatan ini. Aku mengakui keperkasaan dan kelihaian dia di atas ranjang. Yang pasti aku merasakan kepuasan tak terhingga ngentot dengannya. Dia bergerak semakin cepat. Kontolnya bertubi-tubi menusuk daerah-daerah sensitive. Aku meregang tak kuasa menahan napsuku, sementara dia dengan gagahnya masih mengayunkan pinggulnya naik turun, ke kiri dan ke kanan. Eranganku semakin keras. Melihat reaksiku, dia mempercepat gerakannya. Kontolnya yang besar dan panjang itu keluar masuk dengan cepatnya. Tubuhnya sudah basah bermandikan keringat. Aku pun demikian. Aku meraih tubuhnya untuk mendekapnya. Kurengkuh seluruh tubuhnya sehingga menindih tubuhku dengan erat. Kubenamkan wajahku di samping bahunya.

Pinggul kuangkat tinggi-tinggi sementara kedua tanganku menggapai pantatnya dan menekannya kuat-kuat. Kurasakan semburan demi semburan memancar kencang dari dalam memekku. Aku meregang. Tubuhku mengejang-ngejang. “Om..”, hanya itu yang bisa keluar dari mulutku saking dahsyatnya kenikmatan yang kualami bersamanya. Dia menciumi wajah dan bibirku. Kurasakan ciumannya di bibirku berhasil membangkitkan kembali napsuku.

Kudorong tubuhnya hingga terlentang. Aku langsung menindihnya dan menciumi wajah, bibir dan sekujur tubuhnya. Kembali kuemut kontolnya yang masih tegak itu. Lidahku menjilat-jilat, mulutku mengemut-emut. Tanganku mengocok-ngocok kontolnya. Kulirik dia kelihatannya menyukai tindakan ini. Belum sempat ia akan mengucapkan sesuatu, aku langsung berjongkok dengan kedua kaki bertumpu pada lutut dan masing-masing berada di samping kiri dan kanan tubuhnya. Memekku berada persis di atas kontolnya. “Akh!” pekiknya tertahan ketika kontolnya kubimbing memasuki memekku. Tubuhku turun perlahan-lahan, menelan seluruh kontolnya. Selanjutnya aku bergerak seperti sedang
menunggang kuda. Tubuhku melonjak-lonjak. Aku terus berpacu. Pinggulku bergerak turun naik. “Ouugghh.. Inez.., kamu luar biasa!” Pinggulku mengaduk-aduk lincah, mengulek liar tanpa henti. Tangannya mencengkeram kedua toketku, diremas dan dipilin-pilin. Ia lalu bangkit setengah duduk. Wajahnya dibenamkan ke atas dadaku. Menciumi pentilku. Menghisapnya kuat-kuat sambil meremas-remas. Kami berdua saling berlomba memberi kepuasan. Kami tidak lagi merasakan panasnya udara meski kamar menggunakan AC. Tubuh kami bersimbah peluh, membuat tubuh kami jadi lengket satu sama lain. Kurasakan tusukan kontolnya semakin cepat seiring dengan liukan pinggulku yang tak kalah cepatnya. Permainan kami semakin meningkat dahsyat. Sprei ranjang sudah kembali tak karuan bentuknya, selimut dan bantal serta guling terlempar berserakan di lantai akibat pergulatan kami yang bertambah liar dan tak terkendali. Kurasakan dia mulai memperlihatkan tanda-tanda. Aku semakin
bersemangat memacu pinggulku untuk bergoyang.

Tak selang beberapa detik kemudian, akupun merasakan desakan yang sama. Aku tak ingin terkalahkan
kali ini. Kuingin ia pun merasakannya. Tekadku semakin kuat.Aku terus memacu sambil menjerit-jerit histeris. Kurasakan tubuhnya mulai mengejang. Ia mengerang panjang. Tubuhnya menghentak-hentak liar. Tubuhku terbawa goncangannya. Aku memeluknya erat-erat agar jangan sampai terpental oleh
goncangannya. Mendadak aku merasakan semburan dahsyat menyirami memekku. Semprotan pejunya begitu kuat dan banyak membanjiri memekku. Akupun rasanya tidak kuat lagi menahan desakan dalam diriku. Sambil mendesakan pinggulku kuat-kuat, aku berteriak panjang saat mencapai puncak
kenikmatan berbarengan dengan dia. Tubuh kami bergulingan di atas ranjang sambil berpelukan erat. “Om.., nikmaat!” jeritku tak tertahankan. Tulang-tulangku serasa lolos dari persendiannya. Tubuhku lunglai, lemas tak bertenaga terkuras habis dalam pergulatan yang ternyata memakan waktu lebih dari 1 jam! Gila! Jeritku dalam hati. Belum pernah rasanya aku ngentot sampai sedemikian lamanya. Aku hanya bisa memeluknya menikmati sisa-sisa kepuasan. Aku merasa lelah setelah sekian kalinya dientot 2 lelaki sejak semalam, dan akhirnya tertidur dalam pelukan nya.

Comments